Makalah Penggunaan Produk Fermentasi Feses Puyuh Terhadap Burung Puyuh
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha
peternakan mempunyai prosfek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan
akan produk peternakan. Usaha peternakan yang banyak diminati oleh masyarakat
saat ini salah satunya adalah usaha peternakan puyuh, hal ini dikarenakan
burung puyuh (coturnix-coturnix japonica)
merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran prosfek yang cukup
cerah sebagai penghasil telur. Burung puyuh juga mempunyai keuntungan dari
daging sebagai salah satu alternatif mendukung ketersediaan protein hewani yang
murah dan mudah didapat, di samping itu bulu dan bahkan kotoran nya bisa di
manfaatkan. Limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan puyuh terutama berupa
kotoran puyuh belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga masih berdampak
kepada pencemaran lingkungan.
Ketersediaan
pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pemeliharaan ternak.
Seiring dengan meningkatnya harga pakan komersial akibat tinggi nya peternakan
semakin meningkat karena 60%-80% biaya produksi berasal dari pakan (subamiya,
2009). Selama ini pakan alternatif kebanyakan hanya di campur dengan dedak dan
jagung atau bahan pakan lainnya yang setiap harinya mengalami kenaikan harga.
Makanan tambahan konsentrat yang sudah ada di pasaran harganya cukup mahal
berkisar Rp 15.000/kg tidak ada salahnya
kalau kita dapat menyajikan makanan alternatif yang gizinya tidak jauh berbeda
dengan pakan puyuh dipasaran.
Sehingga untuk menurunkan biaya
produksi dari pakan, perlu dicarikan bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pakan salah
satunya adalah pemanfaatan limbah feses puyuh sebagai pakan ternak. Feses puyuh
dapat ditingkatkan kualitasnya dengan pemberian Efective microorganisme (EM4).
Dengan pemberian EM4 dapat meningkatkan sampai 22,9% (lahay,2007). EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme
yang terdir dari bakteri fotositensis,
lactobacillus sp., Streptomyces sp; jamur pengurai sellolusa, bakteri pelarut
fospat serta ragi yang dapat meningkatkan dekomposisi limbah.
Kotoran
puyuh mengandung protein, unsur N (nitrogen), P (fosfor) ,K ( kalium) dan masih banyak unsur lainnya, sehingga
kotoran puyuh dapat dimanfaatkan dari pada terbuang begitu saja. Ramaiyulis dan
Nilawati (2009), kotoran puyuh mengandung kadar protein tinggi serta banyak
mengandung unsur hara makro maupun mikro. Unsur posfor dalam pupuk kandang
sebagian besar berasal dari kotoran padat, sedangkan nitogen dan kalium berasal
dari dari kotoran cair (santosa 2002; rinsema, 1993). Pemanfaatan limbah dari ternak puyuh tidak
hanya pada kotoran saja tetapi sisa pakan juga dapat dimanfaatkan bersama
kotorannya.
Sehingga
kotoran puyuh memiliki prosfek yang baik untuk
dijadikan pakan alternatif untuk
ternak lainnya. ada beberapa pakan alternatif yang dapat disajikan ke puyuh,
salah satunya adalah membuat konsentrat tempe feses puyuh. Konsentrat feses
puyuh adalah konsentrat untuk puyuh yang dibuat dari bahan pakan yang salah
satu campurannya adalah feses puyuh yang telah difermentasi dan telah menjadi
tempe. Untuk membuat konsentrat ini, diawali dengan pembuatan tepung fermentasi
feses puyuh, lalu pembuatan tempe dari tepung fermentasi feses puyuh. Dengan
demikian perlukan dilakukannya penelitian mengenai pemanfaatan limbah kotoran
burung puyuh sebagai pakan alternatif burung puyuh.
Penanganan
limbah peternakan khususnya limbah dari ternak puyuh di Bengkulu saat ini belum
menjadi perhatian. Limbah ini dibuang begitu saja di areal sekitar kandang
peternakan, di buang di lubang lalu di bakar atau di buat pupuk kompos. kondisi
ini menjadi salah satu penyebab pencemaran di sekitar pembuangan. Dilihat pihak
limbah ini kalau dikelola dengan sentuhan sedikit teknologi dapat memiliki
manfaat ganda bagi keperluan manusia dan
kelestarian lingkungan. Limbah feses dapat dijadikan sebagai pakan
alternatif yaitu konsentrat feses puyuh.
Permasalahan
lainnya yang dihadapi peternak adalah pakan pabrik yang mengalami kenaikan
harga setiap bulan nya seperti harga konsentrat puyuh dari harga ke ............ , jagung......... ke.........
Kendala ini berimbas kepada penurunan produktifitas burung puyuh terutama puyuh
petelur. Untuk mengatasi dan mengantisipasi keadaan ini perlu dicari alternatif
lain agar kebutuhan pakan dapat terpenuhi.
Strategi pengelolaan kotoran puyuh
pada masa mendatang seyogianya tidak hanya mengutamakan kepentingan ekonomi yang
hanya berpola pikir jangka pendek, namun harus memikirkan dimensi ekologi (
pengelolaan berwawasan lingkungan), sosial budaya dan kelembagaan agar tercipta
suatu pengelolaan limbah kotoran yang berkelanjutan.
Limbah kotoran puyuh merupakan salah
satu limbah yang banyak terdapat usaha peternak puyuh di bengkulu. Limbah
kotoran puyuh ini belum banyak dimanfaatkan nbagi keperluaan peternak dan
dibuang begitu saja atau di buat pupuk kompos, sehingga kotoran puyuh belum di
manfaatkan secara maksimal. Limbah kotoran puyuh memilki unsur hara, maa
manfaat baik dari aspek ekonomi, lingkungan, tanah maupun tanaman.
Konsentrat
feses puyuh adalah konsentrat untuk puyuh yang dibuat dari bahan pakan yang
salah satu campurannya adalah feses puyuh yang telah difermentasi dan telah
menjadi tempe. untuk membuat konsentrat ini, diawali dengan pembuatan tepung
fermentasi feses puyuh, lalu pembuatan tempe dari tepung fermentasi feses
puyuh.
Pelaksanaan pembuatan konsentrat
feses puyuh akan di lakukan di rumah peneliti di kelurahan bentiring kota
bengkulu.
Bahan dan alat
yang digunakan adalah feses puyuh, EM4, konsentrat puyuh, gula,air, plastik,
terpal, cangkul dan lain-lain
3.2.1 alat yang akan
digunakan dalam pelaksanaan pembuatan konsentrat feses puyuh terdiri dari
A. Membuat feses puyuh fermentasi
Feses
puyuh fermentasi adalah feses puyuh yang telah diberi EM4 dan telah melalui
proses pemeraman selama 3 minggu. Cara pembuatan adalah sebagai berikut:
Bahan
1. 10 kg feses puyuh kering
2. 50 ml EM4
3. 100 ml tetes/10 sdm gula pasir/ 100 gr gula merah
4. 2 liter air
Cara membuat
1. Siapkan feses puyuh 10 kg diatas plastic terpal hitam
2. Siapkan larutan dengan campuran air 1 liter tambahkan
50 ml EM4 dan 100 ml tetes (10 sdm
gula pasir/100 gr gula merah) lalu aduk rata.
3. Siram larutan ke feses puyuh sedikit demi sedikit
sambil dicampur rata
sampai kadar air 60% yang ditandai dengan apabila dikepal
tidak buyar dan
tidak benyek.
4. Lalu peram dalam plastik terpal
hitam selama 3 minggu. Setiap dua hari periksa apakah terjadi fermentasi. Fermentasi ditandai dengan terjadinya
peningkatan suhu yaitu 40- 600C.
Jika suhu terlalu tinggi maka lakukan pembalikan, lalu tutup kembali.
5. Setelah 3 minggu fermentasi
selesai, ditandai dengan tidak terjadinya peningkatan suhu (suhu stabil), tidak ada bau busuk.
6. Jemur feses puyuh yang sudah
difermentasi sampai kering.
7. Giling
feses yang sudah kering sehingga menjadi tepung feses puyuh
Tabel
kandungan gizi feses puyuh fermentasi
Kandungan
gizi(%)
|
Feses puyuh
segar
|
Feses puyuh
fementasi
|
Proten kasar
|
17,40
|
22,92
|
Serat kasar
|
23,30
|
18,90
|
Lemak
|
2,80
|
3,39
|
Abu
|
25,90
|
24,70
|
BETN
|
30,58
|
30,09
|
Pada
tabel 1 terlihat bahwa kandungan protein feses puyuh fermentasi adalah 22,92
lebih tinggi dibanding feses segar. kandungan ini cukup tinggi dan layak
dijadikan sebagai pakan konsentrat karena persyaratan kandang protein kasa
untuk pakan konsentrat adaah lebih tinggi adlah lebih dari 20% ( Ramaiyulis dan
Nilawati, 2009).
Kandungan
protein feses puyuh fermentasi berasal dari ransum puyuh yang terbuang dan
tercampur dengan feses. Protein tidak tercampur dengan feses dalam bentuk tidak
tercerna dan amina dan amida dalam bentuk non protein non nitrogen. Disamping
itu selama proses fermentasi akan bekerja yang nantinya menambah nilai protein
sebagai massa mikroba (Nigam, 1998)
Kandungan
serat kasar, lemak dan BETN dalam feses puyuh fermentasi layak digunakan
sebagai pakan konsentrat ternak sapi, namun kandungan yang tinggi perlu
dianalisis kandungan mineral. kandungan Abu 24,70% kemungkinan didominasi oleh
kandungan mineral kalsium karena tinggi kandungan mineral kalsium sesuai dengan
kebutuhannya untuk pembentukan kerabang telur ( widhya dan Ramayulis, 2009).
Pemberian
feses fermentasi sebagai pakan konsentrat sapi dalam menghasilkan peningkatan
pertambahan bobot badan (PBB) sapi dari 0,52 kg/ hr menjadi 0,64% atau
meningakat 24% dan meningkatkan income over feed coast meningkat 16% dari Rp
15,220/kg menjadi 17,643/kg pertambahan bobot badan (PBB).
Daftar pustaka
Nigam, J.N., 1998. single cell protein from
pineapple cannery influent. Word Journal Of Microbiology and Biotechnology.
Ramaiyulis dan Nilawati., 2009. Buku Ajar Bahan
Protein dan Formulasi Ransum. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Widhya dan ramayulis .2009. Optimalisasi Pemanfaatan
Limbah Kulit Kakoe Menjadi Pakan Kaya Protein Sel Tunggal Dengan Panel
Strategis. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
MAAF KALAU MAKALAH NYA BELUM LENGKAP.. KARENA BARU BELAJAR..