Sabtu, 22 Oktober 2011

atikel daun ubi kayu


PEMANFATAN DAUN UBI KAYU ( Manihot utilissima )
UNTUK PAKAN TERNAK UNGGAS
Oleh : hermy puspita sari
Npm : E1C009004
Jurusan peternakan, fakultas pertanian
ABSTRAK
Pengolahan pakan dari hasil samping produk pertanian maupun industri dapat dijadikan alternatif pakan baru yang lebih murah dan lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan pakan jadi yang mempunyai harga jual tinggi. Pengolahan limbah dengan penerapan prinsip teknologi mampu meningkatkan kandungan bahan tersebut, mengingat bahwa sebagian besar limbah pertanian masih mengandung nilai nutrisi yang tinggi hanya saja pemanfaatannya terhambat dengan adanya anti nutrien.
Daun Ubi kayu mengandung protein antara 20 sampai 27 % dari bahan kering, sehingga dapat digunakan sebagai pakan suplemen sumber protein terhadap hijauan lain rumput lapangan, daun tebu dan jerami padi yang berkadar protein rendah. Nilai tersebut hampir setara dengan kandungan protein pada beberapa tanaman jenis leguminosa yang umum digunakan sebagai pakan ternak kambing, misalnya lamtoro (24,2 %), glirisidia (24,3 %), turi (27,1 %) dan kaliandra (30,5 %) (Marjuki, 1993). Kandungan protein yang tinggi tersebut maka daun ubikayu sangat potensial sebagai pakan sumber protein untuk ternak dan sangat cocok bagi petani karena ketersediaannya yang cukup banyak di sekitar area penanaman ubikayu, terutama pada saat panen.
Silase merupakan metode pengawetan hijauan pakan ternak dalam bentuk segar melalui proses fermentasi dalam kondisi an aerob. Dengan metode tersebut maka daun ubikayu yang tersedia melimpah pada saat panen dapat diawetkan dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan suplemen sumber protein dalam jumlah secukupnya dan dalam jangka waktu yang lama. Penyimpanan daun ubikayu dalam bentuk silase terbukti dapat mempertahankan kondisi, kualitas dan palatabilitasnya dalam waktu yang cukup lama dan menurunkan kadar HCN sebesar 60 sampai 70 %, sehingga lebih aman diberikan pada ternak. Fermentasi dapat menggunakan mikroorganisme (EM4) maupun dengan dengan di campur dengan bahan pakan lainnya
 Namun, daun ubi kayu mengandung serat kasar yang tinggi yang membatasi penggunaannya sebagai bahan pakan unggas. Daun ubi kayu mengandung serat kasar sebesar 25,71% (Sudaryanto, 1994). Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengurangi  kadar serat kasar dalam daun ubi kayu untuk memperbaiki nilai gizinya.
Kata kunci ( daun ubi kayu, fermentasi dan silase )
PENDAHULUAN
Di Indonesia yang beriklim tropis mempengaruhi ketersediaan bahan pakan khususnya bahan pakan hijauan yang merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia. Iklim tropis umumya dicirikan dengan melimpahnya bahan pakan hijauan terutama pada saat musim penghujan sedangkan pada musim kemarau sulit untuk mendapatkan bahan pakan hijauan. Dengan demikian maka kontinuitas dari bahan pakan menjadi masalah yang cukup serius dalam melaksanakan suatu usaha peternakan.untuk itu dapat di atasi dengan pembuatan silase maupun di fermentasi dengan mikroorganisme pada daun ubi kayu Sementara itu daun ubikayu mudah sekali busuk jika ditumpuk dalam kondisi basah (segar), dan jika dikeringkan daun menjadi remah dan mudah hancur sehingga banyak biomasa daun yang hilang terutama pada saat penjemuran, pengangkutan dan penyimpanan.
 Namun satu kendala penggunaan daun ubikayu sebagai pakan ternak adalah karena kandungan HCNnya yang cukup tinggi hingga mencapai 289 mg per kg BK daun ubikayu (Kavana et al., 2005). Konsumsi HCN yang terlalu tinggi dapat menyebabkan keracunan pada ternak. Gomez (1991) menyatakan bahwa batas maksimal kandungan HCN yang aman bagi ternak adalah 100 mg per kg BK pakan.
Selain kandungan tersebut di atas, daun ubi kayu juga mengandung HCN dan Xanthophyl. HCN atau asam sianida merupakan zat anti nutrisi yang keberadaannya mampu menghambat pemanfaatan protein, akan tetapi kandungan HCN pada daun ubi kayu sangat rendah (lebih rendah dari pada HCN yang terkandung dalam umbi dan batang) sehingga dapat hilang dengan pemanasan atau penjemuran. Xanthophyl merupakan salah satu jenis protein yang mampu mempengaruhi pewarnaan kuning telur pada magnum (Sabrina et al., 1997).
Hal ini dikarenakan kandungan Xanthophyl pada daun ubi kayu yang mampu member pewarnaan pada kuning telur sehingga warna kuning telur menjadi lebih pekat, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sabrina et al. (1997) bahwa Xanthophyl merupakan salah satu jenis protein yang mampu mempengaruhi pewarnaan kuning telur pada magnum. Selain itu adanya HCN pada daun ubi kayu dapat hilang denagn adanya pemanasan atau penjemuran daun yang mampu mengakibatkan zat anti nutrisi tersebut ditekan keberadaannya.

            Di samping itu karena kandungan proteinnya yang tinggi, pemberian daun ubikayu pada ternak dalam jumlah banyak atau sebagai pakan utama juga merupakan pemborosan protein yang nilainya sangat mahal. Di samping itu karena kandungan proteinnya yang tinggi, pemberian daun ubikayu pada ternak dalam jumlah banyak atau sebagai pakan utama juga merupakan pemborosan protein yang nilainya sangat mahal.  
Untuk upaya peningkatan ketersediaan pakan membuat limbah menjadi primadona baru sebagai sumber pakan yang jarang digunakan peternak (bahan pakan inkonvensional), limbah ini dapat berupa limbah pertanian, limbah industri maupun limbah peternakan. Bahan-bahan inkonvensional,merupakan hasil akhir suatu produksi yang sudah tidak dapat digunakan ataupun di daur-ulang merupakan bahan organik yang berbentuk padat dan cairan  nilai ekonominya rendah dibandingkan biaya pengumpulan dan pemrosesan merupakan sumber fermentable carbohydrat pakan inkonvensional berupa limbah buah-buahan merupakan sumber energy yang sangat tinggi kualitasnya pakan inkonvensional berupa limbah tanaman pangan merupakan bahan bulky dengan kandungan serat kasar tinggi dan nitrogen rendah beberapa pakan inkonvensional mempunyai efek racun perlu teknologi untuk membentuk menjadi bahan pakan yang siap digunakan perlu informasi komposisi nutrisi dan faktor antinutrisi
            Daun ubi kayu dapat ditingkatkan nilai gizinya  melalui fermentasi, karena fermentasi dapat meningkatkan kecernaan protein, menurunkan kadar serat kasar, memperbaiki rasa dan aroma bahan pakan, serta menurunkan kadar logam berat (Kompiang et al., 1997; Laconi, 1992; Purwadaria et al., 1998; Sinurat et al., 1995).Fermentasi dapat di lakukan dengan berbagai cara nya seperti fermenasi dengan mikrooorganisme ( EM4) atau di campur dengan baha pakan lainya seperti dedak.  Ada banyak mikroorganisme yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut antara lain adalah EM4.
 EM4 adalah campuran kultur yang mengandung Lactobacillus, jamur fotosintetik, bakteria fotosintetik, Actinomycetes, dan ragi (Anonimus, 1998). EM4  mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar serta kasar dan meningkatkan palatabilitas bahan pakan dan  mampu menurunkan kadar serat kasar pada kotoran ayam petelur dan meningkatkan kadar energinya. Oleh karena daun ubi kayu rendah kadar energinya namun di tambahkan dengan dedak dalam proses fermentasi kimia daun ubi kayu.


Jadi dengan di ketahui kandungan dari zat gizi yang terkandung , maka daun ubi kayu dapat di manfaatkan sebagai bahan pakan  semua ternak baik unggas maupun ruminansia, namun daun ubi kayu lebih efektif apa bila di gunakan sebagai pakan ternak ruminansia yaitu kambing yang diproses dalam bentuk silase dengan fermentasi,karena pada ruminanasia kecernaan bahan pakan lebih baik dari pada unggas dan terbukti  dapat meningkatkan pertambahan berat badan kambing lepas sapih. Serta dengan  Penyimpanan daun ubikayu dalam bentuk silase terbukti dapat mempertahankan kondisi, kualitas dan palatabilitasnya dalam waktu yang cukup lama dan menurunkan kadar HCN sebesar 60 sampai 70 %, sehingga lebih aman diberikan pada ternak
Dapat di lihat pada table berikut, daun ubi kayu yang di fermentasi dengan di campur dengan beberapa bahan pakan lainnya
Tabel 1. Kandungan pH, Bahan kering (BK), Bahan Organik (BO) dan Protein Kasar (PK) daun ubi kayu dengan berbagai bahan additive sebelum difermentasikan.
Silase (bahan additive)
pH
Kandungan BK
Kandungan BO
Kandungan PK
P-0 (tanpa additive)
6,5
24,34
90,43
25,65
P-1 (empok jagung)
5,8
26,69
91,4
23,97
P-2 (dedak)
5,5
25,69
88,83
20,23
P-3 (molasses)
5,3
26,72
88,68
20,48
P-4 (ubi kayu segar)
5,5
24,86
90,92
23,04
P-5 (gamblong)
6,5
23,18
89,0
25,45
P-6 (tepung gaplek)
6,5
26,89
91,33
21,11