PEMANFATAN DAUN UBI KAYU ( Manihot utilissima )
UNTUK PAKAN TERNAK UNGGAS
Oleh
: hermy puspita sari
Npm
: E1C009004
Jurusan
peternakan, fakultas pertanian
ABSTRAK
Pengolahan
pakan dari hasil samping produk pertanian maupun industri dapat dijadikan alternatif
pakan baru yang lebih murah dan lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan pakan
jadi yang mempunyai harga jual tinggi. Pengolahan limbah dengan penerapan
prinsip teknologi mampu meningkatkan kandungan bahan tersebut, mengingat bahwa
sebagian besar limbah pertanian masih mengandung nilai nutrisi yang tinggi
hanya saja pemanfaatannya terhambat dengan adanya anti nutrien.
Daun Ubi kayu mengandung protein antara 20 sampai 27 %
dari bahan kering, sehingga dapat digunakan sebagai pakan suplemen sumber protein
terhadap hijauan lain rumput lapangan, daun tebu dan jerami padi yang berkadar
protein rendah. Nilai tersebut hampir setara dengan kandungan
protein pada beberapa tanaman jenis leguminosa yang umum digunakan sebagai
pakan ternak kambing, misalnya lamtoro (24,2 %), glirisidia (24,3 %), turi
(27,1 %) dan kaliandra (30,5 %) (Marjuki, 1993). Kandungan protein yang tinggi tersebut maka daun
ubikayu sangat potensial sebagai pakan sumber protein untuk ternak dan sangat
cocok bagi petani karena ketersediaannya yang cukup banyak di sekitar area
penanaman ubikayu, terutama pada saat panen.
Silase merupakan metode pengawetan hijauan pakan
ternak dalam bentuk segar melalui proses fermentasi dalam kondisi an aerob.
Dengan metode tersebut maka daun ubikayu yang tersedia melimpah pada saat panen
dapat diawetkan dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan suplemen sumber protein
dalam jumlah secukupnya dan dalam jangka waktu yang lama. Penyimpanan daun
ubikayu dalam bentuk silase terbukti dapat mempertahankan kondisi, kualitas dan
palatabilitasnya dalam waktu yang cukup lama dan menurunkan kadar HCN sebesar
60 sampai 70 %, sehingga lebih aman diberikan pada ternak. Fermentasi dapat
menggunakan mikroorganisme (EM4) maupun dengan dengan di campur dengan bahan
pakan lainnya
Namun,
daun ubi kayu mengandung serat kasar yang tinggi yang membatasi penggunaannya
sebagai bahan pakan unggas. Daun ubi kayu mengandung serat kasar sebesar 25,71%
(Sudaryanto, 1994). Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengurangi kadar
serat kasar dalam daun ubi kayu untuk memperbaiki nilai gizinya.
Kata kunci ( daun ubi kayu, fermentasi dan
silase )
PENDAHULUAN
Di Indonesia
yang beriklim tropis mempengaruhi ketersediaan bahan pakan khususnya bahan
pakan hijauan yang merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia. Iklim tropis
umumya dicirikan dengan melimpahnya bahan pakan hijauan terutama pada saat
musim penghujan sedangkan pada musim kemarau sulit untuk mendapatkan bahan
pakan hijauan. Dengan demikian maka kontinuitas dari bahan pakan menjadi masalah
yang cukup serius dalam melaksanakan suatu usaha peternakan.untuk itu dapat di
atasi dengan pembuatan silase maupun di fermentasi dengan mikroorganisme pada
daun ubi kayu Sementara itu daun ubikayu mudah sekali busuk jika ditumpuk dalam
kondisi basah (segar), dan jika dikeringkan daun menjadi remah dan mudah hancur
sehingga banyak biomasa daun yang hilang terutama pada saat penjemuran,
pengangkutan dan penyimpanan.
Namun satu kendala penggunaan daun ubikayu sebagai pakan ternak adalah karena
kandungan HCNnya yang cukup tinggi hingga mencapai 289 mg per kg BK daun
ubikayu (Kavana et al., 2005). Konsumsi HCN yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan keracunan pada ternak. Gomez (1991) menyatakan bahwa batas maksimal
kandungan HCN yang aman bagi ternak adalah 100 mg per kg BK pakan.
Selain
kandungan tersebut di atas, daun ubi kayu juga mengandung HCN dan Xanthophyl.
HCN atau asam sianida merupakan zat anti nutrisi yang keberadaannya mampu
menghambat pemanfaatan protein, akan tetapi kandungan HCN pada daun ubi kayu
sangat rendah (lebih rendah dari pada HCN yang terkandung dalam umbi dan
batang) sehingga dapat hilang dengan pemanasan atau penjemuran. Xanthophyl
merupakan salah satu jenis protein yang mampu mempengaruhi pewarnaan kuning
telur pada magnum (Sabrina et al., 1997).
Hal ini
dikarenakan kandungan Xanthophyl pada daun ubi kayu yang mampu member pewarnaan
pada kuning telur sehingga warna kuning telur menjadi lebih pekat, sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sabrina et al. (1997) bahwa Xanthophyl
merupakan salah satu jenis protein yang mampu mempengaruhi pewarnaan kuning
telur pada magnum. Selain itu adanya HCN pada daun ubi kayu dapat hilang denagn
adanya pemanasan atau penjemuran daun yang mampu mengakibatkan zat anti nutrisi
tersebut ditekan keberadaannya.
Di samping itu karena kandungan
proteinnya yang tinggi, pemberian daun ubikayu pada ternak dalam jumlah banyak atau sebagai pakan utama juga merupakan
pemborosan protein yang nilainya sangat mahal. Di samping itu karena kandungan
proteinnya yang tinggi, pemberian daun ubikayu pada ternak dalam jumlah banyak atau sebagai pakan utama juga merupakan
pemborosan protein yang nilainya sangat mahal.
Untuk upaya peningkatan
ketersediaan pakan membuat limbah menjadi primadona baru sebagai sumber pakan
yang jarang digunakan peternak (bahan pakan inkonvensional), limbah ini dapat
berupa limbah pertanian, limbah industri maupun limbah peternakan. Bahan-bahan
inkonvensional,merupakan hasil akhir suatu produksi yang sudah tidak dapat
digunakan ataupun di daur-ulang merupakan bahan organik yang berbentuk padat
dan cairan nilai ekonominya rendah
dibandingkan biaya pengumpulan dan pemrosesan merupakan sumber fermentable carbohydrat
pakan inkonvensional berupa limbah buah-buahan merupakan sumber energy yang
sangat tinggi kualitasnya pakan inkonvensional berupa limbah tanaman pangan
merupakan bahan bulky dengan kandungan serat kasar tinggi dan nitrogen rendah beberapa
pakan inkonvensional mempunyai efek racun perlu teknologi untuk membentuk
menjadi bahan pakan yang siap digunakan perlu informasi komposisi nutrisi dan
faktor antinutrisi
Daun ubi kayu dapat ditingkatkan nilai gizinya melalui fermentasi, karena
fermentasi dapat meningkatkan kecernaan protein, menurunkan kadar serat kasar,
memperbaiki rasa dan aroma bahan pakan, serta menurunkan kadar logam berat
(Kompiang et al., 1997; Laconi, 1992; Purwadaria et al.,
1998; Sinurat et al., 1995).Fermentasi dapat di lakukan dengan
berbagai cara nya seperti fermenasi dengan mikrooorganisme ( EM4) atau di
campur dengan baha pakan lainya seperti dedak. Ada banyak mikroorganisme yang dapat digunakan
untuk tujuan tersebut antara lain adalah EM4.
EM4 adalah campuran kultur yang
mengandung Lactobacillus, jamur fotosintetik, bakteria fotosintetik, Actinomycetes,
dan ragi (Anonimus, 1998). EM4 mempunyai
kemampuan untuk menurunkan kadar serta kasar dan meningkatkan palatabilitas
bahan pakan dan mampu menurunkan kadar
serat kasar pada kotoran ayam petelur dan meningkatkan kadar energinya. Oleh
karena daun ubi kayu rendah kadar energinya namun di tambahkan dengan dedak
dalam proses fermentasi kimia daun ubi kayu.
Jadi
dengan di ketahui kandungan dari zat gizi yang terkandung , maka daun ubi kayu
dapat di manfaatkan sebagai bahan pakan semua ternak baik unggas maupun ruminansia,
namun daun ubi kayu lebih efektif apa bila di gunakan sebagai pakan ternak
ruminansia yaitu kambing yang diproses dalam bentuk silase dengan fermentasi,karena
pada ruminanasia kecernaan bahan pakan lebih baik dari pada unggas dan terbukti
dapat meningkatkan pertambahan berat
badan kambing lepas sapih. Serta dengan Penyimpanan daun ubikayu dalam bentuk silase
terbukti dapat mempertahankan kondisi, kualitas dan palatabilitasnya dalam
waktu yang cukup lama dan menurunkan kadar HCN sebesar 60 sampai 70 %, sehingga
lebih aman diberikan pada ternak
Dapat
di lihat pada table berikut, daun ubi kayu yang di fermentasi dengan di campur
dengan beberapa bahan pakan lainnya
Tabel 1.
Kandungan pH, Bahan kering (BK), Bahan Organik (BO) dan Protein Kasar (PK) daun
ubi kayu dengan berbagai bahan additive sebelum difermentasikan.
Silase (bahan additive)
|
pH
|
Kandungan BK
|
Kandungan BO
|
Kandungan PK
|
P-0 (tanpa additive)
|
6,5
|
24,34
|
90,43
|
25,65
|
P-1 (empok jagung)
|
5,8
|
26,69
|
91,4
|
23,97
|
P-2 (dedak)
|
5,5
|
25,69
|
88,83
|
20,23
|
P-3 (molasses)
|
5,3
|
26,72
|
88,68
|
20,48
|
P-4 (ubi kayu segar)
|
5,5
|
24,86
|
90,92
|
23,04
|
P-5 (gamblong)
|
6,5
|
23,18
|
89,0
|
25,45
|
P-6 (tepung gaplek)
|
6,5
|
26,89
|
91,33
|
21,11
|