Senin, 07 November 2011

laporan inseminasi buatan


LAPORAN PRAKTIKUM
REPRODUKSI TERNAK DAN INSEMINASI BUATAN
(pengenalan alat-alat inseminasi buatan)










Oleh:
<nama mahasiswa:Hermy Puspita Sari>
NIM : E1C009004


Jurusan Peternakan – Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
Oktober 2011










BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'. Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang lampau.sedangkan Perkawinan alami merupakan perkawinan dimana pejantan memancarkan sperma langsung ke dalam alat reproduksi betina secara langsung, tanpa perantara alat buatan. Perkawinan terjadi secara alami dimana pejantan lebih agresif sedangkan betina bersifat responsif (menunggu).
Namun terkadang perkawinan alami memiliki banyak kendala, seperti terbatasnya kemampuan pejantan dalam membuahi sejumlah betina, motilitas sperma yang dikeluarkan pejantan saat perkawinan, respon betina yang terkadang mengeluarkan kembali sperma yang telah masuk dan lain sebagainya. Namun diluar permasalahan yang ada, sebenarnya cara ini lebih efektif dan paling banyak dilakukan para peternak terutama masyarakat tradisional
Inseminasi Tujuan Buatan
- Memperbaiki mutu genetika ternak;
- Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
- Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
- Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
- Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Dalam melakukan inseminasi buatan pada ternak kita harus mengenal dan mengetahui alat- alat yang di pakai serta fungsi dari alat tersebut terlebih dahulu.alat- alat apa saja yang di gunakan  selama proses inseminasi buatan berlangsung. 
Di dalam praktikum reproduksi ternak dan inseminasi buatan, kami mengenal fungsi alat- alat inseminasi seperti
·         Vagina buatan
·         Container
·         Straw
Yang di laksanakan di laboratorium jurusan peternakan, universitas Bengkulu.
1.2  TUJUAN
1.      Mahasiswa dapat mengenal dan mengeahui alat – alat yang di gunakan dalam melakukan inseminasi
2.      Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan kegunaan dari peralatan inseminasi













BAB 2
METODE KERJA
2.1 ALAT
·         Vagina buatan kambing dan sapi
·         Corong
·         Container besar dan kecil ( goblet, canester dan penutup container)
·         Straw
·         Insemination gun
2.2 CARA KERJA
·         Masing – masing kelompok mendapatkan satu alat inseminasi
·         Dan setiap individu di wajibkan untk menggambar alat tersebut
·         Menetukan skala untuk mempermudah dalm mengambar alat –alat nya
·         Setelah mengambar alat di kelompok sendiri, masing individu untuk mengambar peralata lainnya yang ada pada kelompok dan sterusnya.










3.2 PEMBAHASAN
1.Vagina buatan.
Sapi
Vagina buatan berfungsi menampung semen pada akan di gunakan di inseminsai naninya memiliki warna hitam,keras dan kaku. Dengan memiliki panjang 30 cm dan diameter 8 cm. pada gambar kami menggunakan skala 1:5.Serta di lengkapi oleh selosong tipis yang memiliki warna coklat tua lembut dan lentur, menyerupai tekstur karet, panjang selosong ini 53 cm, diameter 9 cm . Dan terdapat corong yang berwarna kuning, panjangnya corong ini 25,5 , diameter untuk mulut corong bagian atas 10 cm dan bagian bawah 2,5 cm, corong ini berfungsi unuk keluarnya sperma.diameter
Domba
Vagina buatan pada domba berukuran lebih kecil dari pada sapi, namun bentuk, fungsi dan warna nya sama dengan vagina buatan pada sapi, tetapi panjang dan diameter pada vagina ini adalah 16 cm dan 6,5 cm dan dengan skala 1:5. Bagian selonsong pnjang 39 cm dan diameter 5 cm
2.container
            Dalam container terdapat 1 canister terisi 2 goblet sebagai penyimpan straw. Container berukuran besar memiliki panjang 55 cm, diameter 25 cm. lebar penutup container 18 cm an leher container 7 cm, mengambar dengan sakla 1:10 sedangkan pada goblet nya memiliki panjang 3,5 cm dan diameter  12 cm dengan skala 1:3
            Canister , pada tangkai nya memiliki panjang 23 cm, pemegang besi 4 cm dan panjang keseluruan 50 cm skala 1:2. di container kecil panjang nya 29,5 cm dan diameter 7,5 cm dan skala 1:2,.pada gobletnya panjang 11 cm dan diameter 2 cm dengan skala gambar 1:2
3.      Straw
Pada straw ini memiki panjang 10 cm dan diameter 0,2. Straw mirip dengan thermometer suhu, dengan warna bermacam – macam yang bertujuan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi jenis ternak.

NO
WARNA STRAW
DISKRIPSI
1
Merah
BB IB SINGOSARI- BALI
2
Pink
BB IB SINGOSARI – LIMOUSIN
3
Biru
BB IB LEMBANG – ONGOLE
4
Ungu
BB IB LEMBANG – KRBAU

4.inseminating gun
Alat ini terdiri atas pendorong, selonsong plastic , pembungkus atau plastic sheat dan cicin penahan selosong plastic. Selosong plastic memiliki panjang 45 cm dan diameter 1,5. Pada  pendorong nya panjangnya 45 cm dan diameter 1,5. Dan cicin penahan panjang 45 cm dan diameter 1,5 cm.di gambar dengan skala 1:3













BAB 4
KESIMPULAN
Pada saat sebelum melakukan praktikum, sebaiknya kita mengenal dan mengetahui apa saja alat yang akan di gunakan dan bagian- bagiannya, dan paling penting adalah mengetahui fungsi dan kegunaan alat- alat fungsi dari vagina buatan,container, straw dan insemination gun,sehingga dapat mempermudah pelaksanaan praktikum reproduksi ternak dan inseminasi buatan.















DAFTAR PUSTAKA
1. Murtidjo, Bambang Agus, Memelihara Kambing, Sebagai Ternak Potong dan Perah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 1993.
2. Devendra, Goat Production In The Tropics, Commonwealth Agricultural Bureaux, 1983.
3.Bearden, HJ and Fuquay JW, 1984. Applied Animal Reproduction. 2ndEdition. Reston Publishing Company, Inc. A Prentice-Hall Company. Reston. Virginia.
4.Evans G and MaxwelI WMC, 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheep and Goats. Butterworths. Sydney.
5.Foote RH, 1980. Artificial Insemination. In Reproduction in Farm Animal 4thEdition. Hafez, E.S.E. (Ed.). Lea and Febiger. Philadelpia.
6.Hafez ESE, 1993. Reproduction in Farm Animai. 6th Edition. Lea and Febiger. Philadelpia
7.Salisbury, G.W dan N.L. Vandemark, 1985, Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi, diterjemahkan R. Djanuar, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sabtu, 22 Oktober 2011

atikel daun ubi kayu


PEMANFATAN DAUN UBI KAYU ( Manihot utilissima )
UNTUK PAKAN TERNAK UNGGAS
Oleh : hermy puspita sari
Npm : E1C009004
Jurusan peternakan, fakultas pertanian
ABSTRAK
Pengolahan pakan dari hasil samping produk pertanian maupun industri dapat dijadikan alternatif pakan baru yang lebih murah dan lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan pakan jadi yang mempunyai harga jual tinggi. Pengolahan limbah dengan penerapan prinsip teknologi mampu meningkatkan kandungan bahan tersebut, mengingat bahwa sebagian besar limbah pertanian masih mengandung nilai nutrisi yang tinggi hanya saja pemanfaatannya terhambat dengan adanya anti nutrien.
Daun Ubi kayu mengandung protein antara 20 sampai 27 % dari bahan kering, sehingga dapat digunakan sebagai pakan suplemen sumber protein terhadap hijauan lain rumput lapangan, daun tebu dan jerami padi yang berkadar protein rendah. Nilai tersebut hampir setara dengan kandungan protein pada beberapa tanaman jenis leguminosa yang umum digunakan sebagai pakan ternak kambing, misalnya lamtoro (24,2 %), glirisidia (24,3 %), turi (27,1 %) dan kaliandra (30,5 %) (Marjuki, 1993). Kandungan protein yang tinggi tersebut maka daun ubikayu sangat potensial sebagai pakan sumber protein untuk ternak dan sangat cocok bagi petani karena ketersediaannya yang cukup banyak di sekitar area penanaman ubikayu, terutama pada saat panen.
Silase merupakan metode pengawetan hijauan pakan ternak dalam bentuk segar melalui proses fermentasi dalam kondisi an aerob. Dengan metode tersebut maka daun ubikayu yang tersedia melimpah pada saat panen dapat diawetkan dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan suplemen sumber protein dalam jumlah secukupnya dan dalam jangka waktu yang lama. Penyimpanan daun ubikayu dalam bentuk silase terbukti dapat mempertahankan kondisi, kualitas dan palatabilitasnya dalam waktu yang cukup lama dan menurunkan kadar HCN sebesar 60 sampai 70 %, sehingga lebih aman diberikan pada ternak. Fermentasi dapat menggunakan mikroorganisme (EM4) maupun dengan dengan di campur dengan bahan pakan lainnya
 Namun, daun ubi kayu mengandung serat kasar yang tinggi yang membatasi penggunaannya sebagai bahan pakan unggas. Daun ubi kayu mengandung serat kasar sebesar 25,71% (Sudaryanto, 1994). Oleh sebab itu, sangat penting untuk mengurangi  kadar serat kasar dalam daun ubi kayu untuk memperbaiki nilai gizinya.
Kata kunci ( daun ubi kayu, fermentasi dan silase )
PENDAHULUAN
Di Indonesia yang beriklim tropis mempengaruhi ketersediaan bahan pakan khususnya bahan pakan hijauan yang merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia. Iklim tropis umumya dicirikan dengan melimpahnya bahan pakan hijauan terutama pada saat musim penghujan sedangkan pada musim kemarau sulit untuk mendapatkan bahan pakan hijauan. Dengan demikian maka kontinuitas dari bahan pakan menjadi masalah yang cukup serius dalam melaksanakan suatu usaha peternakan.untuk itu dapat di atasi dengan pembuatan silase maupun di fermentasi dengan mikroorganisme pada daun ubi kayu Sementara itu daun ubikayu mudah sekali busuk jika ditumpuk dalam kondisi basah (segar), dan jika dikeringkan daun menjadi remah dan mudah hancur sehingga banyak biomasa daun yang hilang terutama pada saat penjemuran, pengangkutan dan penyimpanan.
 Namun satu kendala penggunaan daun ubikayu sebagai pakan ternak adalah karena kandungan HCNnya yang cukup tinggi hingga mencapai 289 mg per kg BK daun ubikayu (Kavana et al., 2005). Konsumsi HCN yang terlalu tinggi dapat menyebabkan keracunan pada ternak. Gomez (1991) menyatakan bahwa batas maksimal kandungan HCN yang aman bagi ternak adalah 100 mg per kg BK pakan.
Selain kandungan tersebut di atas, daun ubi kayu juga mengandung HCN dan Xanthophyl. HCN atau asam sianida merupakan zat anti nutrisi yang keberadaannya mampu menghambat pemanfaatan protein, akan tetapi kandungan HCN pada daun ubi kayu sangat rendah (lebih rendah dari pada HCN yang terkandung dalam umbi dan batang) sehingga dapat hilang dengan pemanasan atau penjemuran. Xanthophyl merupakan salah satu jenis protein yang mampu mempengaruhi pewarnaan kuning telur pada magnum (Sabrina et al., 1997).
Hal ini dikarenakan kandungan Xanthophyl pada daun ubi kayu yang mampu member pewarnaan pada kuning telur sehingga warna kuning telur menjadi lebih pekat, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sabrina et al. (1997) bahwa Xanthophyl merupakan salah satu jenis protein yang mampu mempengaruhi pewarnaan kuning telur pada magnum. Selain itu adanya HCN pada daun ubi kayu dapat hilang denagn adanya pemanasan atau penjemuran daun yang mampu mengakibatkan zat anti nutrisi tersebut ditekan keberadaannya.

            Di samping itu karena kandungan proteinnya yang tinggi, pemberian daun ubikayu pada ternak dalam jumlah banyak atau sebagai pakan utama juga merupakan pemborosan protein yang nilainya sangat mahal. Di samping itu karena kandungan proteinnya yang tinggi, pemberian daun ubikayu pada ternak dalam jumlah banyak atau sebagai pakan utama juga merupakan pemborosan protein yang nilainya sangat mahal.  
Untuk upaya peningkatan ketersediaan pakan membuat limbah menjadi primadona baru sebagai sumber pakan yang jarang digunakan peternak (bahan pakan inkonvensional), limbah ini dapat berupa limbah pertanian, limbah industri maupun limbah peternakan. Bahan-bahan inkonvensional,merupakan hasil akhir suatu produksi yang sudah tidak dapat digunakan ataupun di daur-ulang merupakan bahan organik yang berbentuk padat dan cairan  nilai ekonominya rendah dibandingkan biaya pengumpulan dan pemrosesan merupakan sumber fermentable carbohydrat pakan inkonvensional berupa limbah buah-buahan merupakan sumber energy yang sangat tinggi kualitasnya pakan inkonvensional berupa limbah tanaman pangan merupakan bahan bulky dengan kandungan serat kasar tinggi dan nitrogen rendah beberapa pakan inkonvensional mempunyai efek racun perlu teknologi untuk membentuk menjadi bahan pakan yang siap digunakan perlu informasi komposisi nutrisi dan faktor antinutrisi
            Daun ubi kayu dapat ditingkatkan nilai gizinya  melalui fermentasi, karena fermentasi dapat meningkatkan kecernaan protein, menurunkan kadar serat kasar, memperbaiki rasa dan aroma bahan pakan, serta menurunkan kadar logam berat (Kompiang et al., 1997; Laconi, 1992; Purwadaria et al., 1998; Sinurat et al., 1995).Fermentasi dapat di lakukan dengan berbagai cara nya seperti fermenasi dengan mikrooorganisme ( EM4) atau di campur dengan baha pakan lainya seperti dedak.  Ada banyak mikroorganisme yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut antara lain adalah EM4.
 EM4 adalah campuran kultur yang mengandung Lactobacillus, jamur fotosintetik, bakteria fotosintetik, Actinomycetes, dan ragi (Anonimus, 1998). EM4  mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar serta kasar dan meningkatkan palatabilitas bahan pakan dan  mampu menurunkan kadar serat kasar pada kotoran ayam petelur dan meningkatkan kadar energinya. Oleh karena daun ubi kayu rendah kadar energinya namun di tambahkan dengan dedak dalam proses fermentasi kimia daun ubi kayu.


Jadi dengan di ketahui kandungan dari zat gizi yang terkandung , maka daun ubi kayu dapat di manfaatkan sebagai bahan pakan  semua ternak baik unggas maupun ruminansia, namun daun ubi kayu lebih efektif apa bila di gunakan sebagai pakan ternak ruminansia yaitu kambing yang diproses dalam bentuk silase dengan fermentasi,karena pada ruminanasia kecernaan bahan pakan lebih baik dari pada unggas dan terbukti  dapat meningkatkan pertambahan berat badan kambing lepas sapih. Serta dengan  Penyimpanan daun ubikayu dalam bentuk silase terbukti dapat mempertahankan kondisi, kualitas dan palatabilitasnya dalam waktu yang cukup lama dan menurunkan kadar HCN sebesar 60 sampai 70 %, sehingga lebih aman diberikan pada ternak
Dapat di lihat pada table berikut, daun ubi kayu yang di fermentasi dengan di campur dengan beberapa bahan pakan lainnya
Tabel 1. Kandungan pH, Bahan kering (BK), Bahan Organik (BO) dan Protein Kasar (PK) daun ubi kayu dengan berbagai bahan additive sebelum difermentasikan.
Silase (bahan additive)
pH
Kandungan BK
Kandungan BO
Kandungan PK
P-0 (tanpa additive)
6,5
24,34
90,43
25,65
P-1 (empok jagung)
5,8
26,69
91,4
23,97
P-2 (dedak)
5,5
25,69
88,83
20,23
P-3 (molasses)
5,3
26,72
88,68
20,48
P-4 (ubi kayu segar)
5,5
24,86
90,92
23,04
P-5 (gamblong)
6,5
23,18
89,0
25,45
P-6 (tepung gaplek)
6,5
26,89
91,33
21,11

Jumat, 30 September 2011

jenis-jenis penyakit pada ternak

1.        Tetelo adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari golongan Paramixovirus. Keganasannya tergantung dari strain atau tipenya. Penyakit ini menyerang alat pernafasan, susunan dan jaringan syaraf, serta alat-alat reproduksi telur. Yang ganas cepat sekali menular, dan seringkali menimbulkan kematian secara mendadak.

2. Cacar unggas adalah penyakit bercak-bercak kulit yang disebabkan oleh virus Borreliota avium. Menyerang rongga mulut, hulu tenggorokan, daerah sekitar mata, jengger dan pial. Selain secara kontak langsung, penyakit ini bisa meluar lewat perantaraan nyamuk dan lalat.

3. Leukosis adalah penyakit tumor menular yang bersifat menahun. Penyebabnya adalah virus leukosis. Gejala dimulai dengan timbulnya pertumbuhan abnormal pada sel-sel darah putih. Tumor yang menyerang jaringan syaraf akan menimbulkan kelumpuhan pada leher, sayap dan kaki. Yang menyerang mata akan membuat bentuk mata tidak normal, rabun atau buta sama sekali. Yang menyerang organ bagian dalam (hati, ginjal, limpa dan ovarium) akan membuat ayam berjalan tegak seperti itik, dan penyakitnya disebut big liver disease. Akibatnya hati akan membengkak 3 sampai 4 kali normal, kotorannya encer, tubuh kurus, jengger dan pial pucat berkerut.

4. Lumpuh marek adalah penyakit lumpuh yang disebabkan oleh virus herpes. Menyerang anak ayam berumur 1-5 bulan. Gejalanya ditandai kejang lumpuh dengan kaki satu ke depan dan kaki lainnya kebelakang. Selain itu juga menimbulkan pembesaran yang mencolok pada syaraf dan timbulnya tumor pada organ dalam, kulit dan otot.

5. Gumboro adalah penyakit yang menyerang bursa fabricii (kelenjar bulat terletak di atas kloaka), penyebabnya adalah virus gumbaro. Anak ayam umur 1-12 hari yang terkena penyakit ini tidak begitu nampak tanda-tandanya. Tapi anak ayam umur 3-6 minggu akan menunjukkan gejala yang khas. Anak ayam tampak lesu, mengantuk, bulu mengkerut, bulu sekitar dubur kotor, mencret keputih-putihan, dan duduk dengan sikap membungkuk. Suka mematuki duburnya sendiri, sehingga menimbulkan luka dan pendarahan. Ayam yang mati bangkainya cepat sekali membusuk.

6. Salesma ayam adalah penyakit yang disebabkan virus avium. Menyerang saluran pernafasan. Gejalanya sesat nafas, batuk-batuk, mata dan hidung meradang berair, dan sulit bernafas karena adanya lendir berdarah dalam rongga mulut. Bila benafas kepala ditegakkan, dan waktu mengeluarkan nafas kepala ditundukkan dengan mata terpejam. Penyakit ini bersifat akut.
7. Batuk Darah Pada Ayam
Ayam umur 14 minggu atau lebih sangat rentan terhadap penyakit batuk darah alias Infectious Laryngotracheitis.Gejala
: Gejala mata berair,Malas bergerak,Lender bercampur darah melekat pada rongga mulut dan tenggorokan,Ayam sulit bernafas,Sering batuk,Paruh dan bulu terlihat percikan darah. Ayam sakit mati karena saluran tenggorokan tersumbat.
Penyebab:
Penyebabnya virus herpes, yaitu terpen avium. Ayam yang terkena sebaiknya dimusnahkan.


penyajit mastitis pada sapi


ECONOMI INFECT OF DISEASE MASTITIS
(KERUGIAN EKONOMI AKIBAT PENYAKIT MASTITIS )
Mastitis adalah suatu penyakit yang menyerang pada ambing ternak terutama pada ternak ruminanasia yang bisa bersifat akut, subakut, maupun kronis yang di tandai oleh kenaikan sel didalam air susu , perubahan fisik maupun susunan air susu dan di sertai patalogis pada kelejar mamae contohnya sapi perah ,yang menimbulkan pembengkakan atau adema, baik yang kontagius/ manual atau non kontagius. merupakan bakteri  penyebab utama mastitis pada sapi perah yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar akibat penurunan produkai susu,antara lain:
·        Stepococcus siase
·        Stepococcus diakstrasie
·        Stavius aures